Perubahan Iklim dan Tanggung Jawab Generasi Muda
Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu global, melainkan ancaman nyata yang sudah dirasakan dampaknya di Indonesia. Mulai dari cuaca ekstrem, krisis air bersih, hingga hilangnya keanekaragaman hayati, semua membutuhkan solusi kolektif dan kepemimpinan yang visioner. Dalam konteks inilah Green Youth Leader Camp (GYLC) 2.0 yang akan diselenggarakan pada 25-27 Juli 2025 di Balai SDM Penyuluhan dan Pengembangan Wilayah III, Rumpin, Kabupaten Bogor dengan tema “Membangun Kepemimpinan Ekologis, Aksi Nyata Berkelanjutan” hadir sebagai jawaban. Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan sebuah gerakan kaderisasi pemimpin muda yang berkomitmen melawan perubahan iklim melalui aksi nyata dan strategis
Penanaman pohon dalam setiap aganda kegiatan IMM
Selain upaya dengan kampanye penanaman pohon yang selama ini dilakukan di setiap agenda kegiatan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di seluruh Indonesia sejak 2024. Green Youth Leader Camp (GYLC) 2.0 hadir untuk membangun pendekatan yang lebih menyeluruh dalam gerakan lingkungan. Program ini secara sadar bergerak melampaui dengan fokus pada pembangunan kapasitas kader yang komprehensif.
Melalui GYLC 2.0, DPP IMM Bidang Lingkungan Hidup tidak hanya mengajak peserta menanam pohon, tetapi juga membekali mereka dengan tiga kompetensi inti:
Pertama Kapasitas analitis untuk memahami masalah lingkungan secara mendalam. Kedua, Keterampilan advokasi untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga kemampuan merancang solusi yang berkelanjutan dan tepat sasaran
Pendekatan semacam ini menunjukkan evolusi pemikiran dalam gerakan lingkungan IMM, dari yang sebelumnya bersifat paradigma Kuratif menangani dampak Menjadi lebih ke pencegahan masalah dan menawarkan jalan berkelanjutan
Melalui hackathon konservasi, peserta akan diajak menciptakan inovasi seperti pengolahan limbah menjadi eco-enzim atau sistem pemantauan deforestasi berbasis komunitas.
Pendekatan ini menunjukkan pergeseran paradigma baru ini DPP Bidang LH ini tidak hanya menciptakan aktivis lingkungan tetapi melahirkan kader problem solver ekologis yang mampu membaca akar masalah dan menawarkan solusi berbasis bukti
Jaringan Konservasi Nasional sebagai Kekuatan Kolaborasi
Salah satu keunggulan kegiatan GYLC 2.0 adalah terbentukan Jaringan Konservasi Nasional IMM sebagai tulang punggung gerakan lingkungan IMM, memastikan bahwa aksi tidak berhenti usai acara, tetapi terus berjalan secara terkoordinasi di tingkat daerah. Dengan melibatkan perwakilan dari berbagai wilayah, DPP IMM LH menciptakan sistem gerakan yang terintegrasi, di mana best practices bisa saling dibagikan dan diperkuat.
Misalnya, kader dari sumatra berpengalaman menangani kebakaran hutan dapat berbagi strategi dengan kader Kalimantan yang menghadapi masalah pertambangan. Sinergi semacam ini memperbesar dampak gerakan dan menghindari kerja yang terfragmentasi.
Policy Brief: Dari Aksi Lokal ke Advokasi Nasional
GYLC 2.0 juga mengajak peserta menyusun policy brief berbasis isu lingkungan di daerah masing-masing. Dokumen ini bukan hanya laporan, melainkan alat advokasi untuk mendorong kebijakan yang pro-lingkungan. Contohnya, peserta dari Jakarta bisa mengangkat soal polusi udara dan mendorong pemda memperketat uji emisi kendaraan, sementara peserta dari Aceh bisa mengadvokasi maraknya tambang-tambang ilegal.
Ini sejalan dengan prinsip dimana aksi kecil di tingkat lokal, jika dilakukan serentak, bisa memberi dampak signifikan secara nasional.
Tantangan dan Harapan
Tentu, jalan menuju perubahan tidak mudah. Tantangan terbesar adalah memastikan rencana aksi peserta tidak mandek setelah GYLC 2.0 berakhir. Di sinilah peran DPP IMM LH sebagai fasilitator perlu terus aktif, misalnya dengan membuat sistem monitoring berkala dan pendampingan daring.
Sebagai penutup, GYLC 2.0 patut diapresiasi sebagai upaya serius IMM dalam membangun kepemimpinan ekologis. Jika gerakan ini konsisten, bukan tidak mungkin kader-kader IMM akan menjadi pionir dalam aksi iklim di Indonesia, membuktikan bahwa pemuda tidak hanya bisa berwacana, tetapi juga menggerakkan perubahan.